Selamat membaca…
Ada
2 hari yang kubenci setiap tahun. Aku berharap tidak pernah ada hari itu setiap
tahunnya. Sehingga aku tak perlu mengingat masa laluku. Masa lalu yang
membuatku terpuruk. Ya… sangat terpuruk.
2 hari itu adalah hari ulang
tahunku dan hari dimana tahun baru datang. Aku benci dua hari itu. Ya… sangat
membencinya.
Hari ulang tahun. Dimana setiap
anak akan bahagia ketika hari ulang tahunnya
tiba. Tapi tidak bagiku. Aku selalu merasa takut ketika hari itu tiba.
Karena di hari itu, aku akan menyadari bahwa aku sendiri. Tanpa setitikpun
kasih sayang. Tanpa setitikpun pengertian.
Aku ingat saat itu. Saat aku masih
kecil. Aku tak bisa ingat saat itu berapa umurku. Pagi-pagi sekali ibu sudah
berkutat di dapurnya.
“Ibu, ibu sedang apa?”, tanyaku.
Saat itu aku baru saja bangun tidur. Dan mendengar suara-suara di dapur.
“Hai… Sayang, kau lupa? Hari ini
hari ulang tahunmu!”, kata wanita yang kupanggil ibu itu. “Selamat ulang tahun
sayang.”,tambahnya.
“Eh..oh… iya aku lupa!”, kataku disertai cengiran khas milikku.
Ibuku hanya mengacak-acak rambutku.
Aku hanya tersenyum menanggapinya. Hatiku benar-benar bahagia.
“Sekarang, mandi dan pergi sekolah
ya!”, kata ibuku lembut sekali.
“Tapi bu…”,aku mulai merajuk agar
tidak berangkat sekolah hari ini.
“Tidak bisa Indi, kau harus tetap
berangkat sekolah hari ini.”,itu suara kakakku. Terkadang dia membuatku
menangis. Tapi menurutku itu bentuk kasih sayangnya. Daripada tak disapa sama
sekali. Oh iya kakakku itu sudah anak kuliah semester 4
lho.
“Kaaaakkk…”
“…”,kakakku hanya menggeleng tanpa
mengucapkan 1 katapun.
“Uh! Baik.. baik..”, kataku dan
langsung ngeloyor ke kamar mandi.
Disekolah memang tak ada yang tau
ulang tahunku. Dan aku tak berharap ucapan dari mereka. Yang ada dalam
pikiranku hanya makan bersama keluargaku. Ayah, ibu, kakak dan aku. Memang
hanya sepotong nasi kuning. Tapi yang lebih berarti bagiku adalah kebersamaan
kami. Dan dengan itu artinya mereka mengakuiku
karena mengingat ulang tahunku.
Malampun tiba. Tibalah ritual makan
malam kami dengan satu hal yang
special. Ulang tahunku. Kami tertawa bersama. Dan aku masih ingat saking
bahagianya aku sampai salah makan cabe. Tapi karena kebahagian itu cabepun rasa
gula.hhehehe,,,
Oh iya aku ingat itu hari ulang
tahunku yang ke-10. Dan seingatku itulah hari terakhir ibuku ingat ulang
tahunku. Bahkan ayah tak mau mengingatnya. Dan aku masih ingat hari itu hari
terakhirku tersenyum dengan hati.
Ya… setelah itu semua berubah. Ibu
sibuk dengan dirinya. Ayah sibuk dengan pekerjaannya. Sementara kakak harus
fokus pada studynya.
Setiap tahun barupun begitu. Aku
tak pernah mengenal tahun baru. Karna bagiku mengingat tahun baru sama saja membuka
luka lama yang belum kering di hatiku.
Bahkan tahun ini. Tahun ini adalah
ulang tahun ke 17. Yang kudapatkan tahun ini hanya kosong. Detik-detik menuju
denting jam di 00.00 hanya kuisi dengan tangis. Aku menangis dalam diam. Karena
kakakku satu-satunya sedang tidur disampingku. Aku hanya meniup lilin
sendirian. Berharap semua berubah. Tak ada canda tawa. Tak ada pula salah makan
cabe.
Yang ada hanya pilu. Ya… aku terus
menangis dalam diam. Aku tak mau topengku retak. Aku tak mau orang tau seperti
apa aku jika tanpa topeng ini. Meski itu didepan kakakku sendiri. Aku tak mau
terlihat rapuh.
Ya… selama 11 tahun aku terus
menggunakan topeng kokohku. Aku tersenyum pada semua orang. Aku berakting
seolah-olah aku bahagia. Seolah-olah tak memiliki masalah. Aku tau aku munafik.
Tapi biarlah. Rasa sakit ini, rasa kesepian ini terlalu sulit kubagi. Indi yang
mereka kenal bukanlah Indi. Indi adalah sosok yang tak mereka tau.
Aku lebih nyaman menangis
sendirian. Aku lebih menyukai menangis tanpa suara. Mungkin memang lebih
menyayat. Tapi lebih melegakan.
“Air matamu bisa habis jika kau
menangis terus, Indi!”, itu kata kakakku. Tapi itu dulu. Indi yang sekarang
bukanlah orang yang akan tertipu dengan kata-kata penghibur seperti itu.
Memang sempat terlintas dibenakku.
Ingin rasanya ketika aku menangis ada yang memelukku. Ada yang merelakan
pundaknya untuk tempat ku bersandar. Ada yang menyediakan tangannya untuk
merengkuhku dalam pelukannya dan membiarkanku menangis disana.
Tapi mana mungkin. Aku terlalu
tertutup. Tak mudah bagiku membagi ceritaku pada orang lain. Aku menutupi itu
semua dengan sok peduli pada orang lain. Padahal aku tak pernah memperdulikan
diriku sendiri.
Hari tahun barupun terkena
imbasnya. Seingatku saat itu aku kelas 1 SMP ketika aku mulai mengenal apa itu
malam tahun baru. Ketika teman-temanku bercerita apa yang akan mereka lakukan
bersama keluarga mereka. Aku hanya bisa diam.
“Indi.. Indi kau tahu nggak?”,
tanya Rinda padaku.
“Nggak”, jawabku dengan nada ketus
karena saat itu masih pelajaran dan gurunya mengerikan.
Kulihat temanku kecewa atas
jawabanku. Aku sungguh merasa bersalah. Bagiku cukup aku saja yang terus
merasakan rasa sakit dan kecewa. Aku tak mau temanku juga kecewa.
“Nanti saja ceritanya. Kamu mau
kena marah?”, kataku dengan nada santai berharap kata-kata itu bisa mengobati
kekecewaannya.
Bingo! Itu berhasil. Rinda
tersenyum padaku. Sepertinya dia mengerti maksudku. Rinda itu sahabatku. Aku
memang baru mengenalnya. Tapi aku merasa nyaman dengannya. Dan dia tahu aku
paling tidak suka membuat masalah dengan guru. Karena orangtua itu merepotkan.
Bel istirahat tiba. Saatnya aku
mendengarkan ocehan panjang dari cerita Rinda.
“Indi … kamu mau kemana malam tahun
baru nanti?”, tanyanya.
Glek!!!! Aku menghentikan acara
menulisku dan menatapnya. Lalu menelan ludah dengan terpaksa. Aku hanya
menggeleng tanpa memasang ekspresi apa-apa. Lalu meneruskan acara mencatatku. Karena
yang kutahu malam tahun baru hanya tidur selama 1 tahun.
“Tidak kemana-mana ya.”, seolah dia
sedih mengetahui jawabanku. “Bagaimana kalau kerumahku”, tambahnya.
“Aku mendengarkan.”, kataku lalu
berhenti menulis.
“Begini. Setiap tahun jika malam
tahun baru aku dan keluargaku selalu bakar jagung atau apapun. Kadang bakar
daging ayam, sapi. Apapun yang kami beli. Oh iya jangan lupakan kembang apinya.
Jadi sambil bakar-bakar kami menyalakan kembang api.”, jelasnya panjang lebar.
“Ooooo”, hanya itulah yang keluar
dari mulutku.
“Tadi katamu kan kau tidak
kemana-mana jadi menginap di rumahku saja. Kita menghabiskan malam tahun baru bersama.”, ajaknya padaku.
Aku tersenyum mendengar ajakannya.
Kemudian aku berpikir. Rasanya pasti senang sekali
bisa menghabiskan malam tahun baru dengan keluarga Rinda. Keluarga Rinda juga
baik padaku. Tapi jika aku membicarakannya pada ibu. Pasti yang kudapat hanya
kata tidak dari mulut ibu. Dan
ceramah panjang yang sangat tidak penting dari ayah. Kak Upi’ tidak pulang
minggu ini, karena ada tugas yang harus diselesaikan. Seandainya ada kak Upi’.
Sayangnya dia harus kuliah di luar kota.
“Sepertinya tidak bisa.”, jawabku .
“Sebenarnya aku ingin. Tapi… itu akan membuat masalah
baru kurasa.”, jawabku seadanya. Rinda sudah tau bagaimana keluargaku. Meskipun
dia tidak tau apa yang kurasakan. Tapi dia tau bagaimana aku dan bagaimana
keluargaku. Walau yang dia tau adalah
topengku. Tapi aku tak pernah menceritakan padanya. Baru sekali aku mengajaknya
maen kerumah. Dan dia langsung tau bagaimana keluargaku. Rinda memang luar
biasa.
“Baiklah, tak apa-apa.”, katanya
sambil merangkulku. Tak terlihat raut kekecewaan diwajahnya.
Ya… dan malam tahun baru hanya yang
kesekian kalinya hanya kulewatkan dengan tidur. Karena jika aku membuka mataku.
Aku akan mengingat semua luka yang tergores di hatiku. Aku akan menyadari bahwa
aku kesepian. Aku akan menyadari bahwa aku sendiri. Itu membuatku marah.
Biasanya saat seperti itu kulampiaskan pada tembok atau apalah.
Aku tau itu menyebabkan luka di
tubuhku. Tapi siapa peduli. Luka-luka ditubuhku lebih nyata dan akan sembuh
lalu menghilang bekasnya setelah beberapa hari. Tapi luka dihatiku entah akan
sembuh atau tidak aku tak tau.
Seandainya 2 hari itu tak pernah ada. Tapi
mana mungkin. Hari itu akan tetap ada dan tetap menciptakan luka.
Harapanku sekarang hanyalah semoga
ada orang yang mau menyembuhkan dan menghapuskan luka ini. Sehingga aku tak
perlu lagi bertopeng seperti ini.
Hari ulang tahunku yang tak jauh
dengan tahun baru telah terlewatkan.Biasa saja ditagun ini,yang katanya umur 17
itu “sweet seventeen”tapi apalah,itu hanya untuk orang yang bahagia,sedang
aku,gadis pendiam,lugu,tak atahu apa-apa.Pikiran itu selalu ada.
“Dorrrrrr...”,suara Rinda
mengagetkanku yang sedang meratapinasib gadis malang ini,”nglamun aja non,ntar
kalau ada setan lewat gimana?”,Rinda itu teman baik yang lucu sekali,dia hibur
kalau aku diam.
“ya kalau setannya cewek aku
jadikan saudaraku,kalau cowok aku jadikan,,,,,pacar,,hahhaah”,aku mencoba buat
banyolan lucu.
“Emang sayembara,sama setan kok
mau.Udah ,kantin yuk,laper,,”,aku pikir sejenak,karena malas sekali untuk jalan
kekantin ujung.”Udah,aku traktir deh,”.
Sepanjang jalan kekantin Rinda
hanya berceloteh dengan rencana tahun baru yang buat aku iri,tapi aku tetap
dengarkan cerita itu sih.
“Ndi,ayolah ikut.Ntar aku ngomong
sama orangruamu,sekali-kali kan boleh.Udah besar kita itu”,sambil
ngrengek-ngrengek dia.
“Ya,ayo kerumah,kamu yang ngomong
ya,”,sambil aku tersentum,dan berdoa semoga dapat ijin lah.
“Siap bos.”,Rinda girang banget.
Aku dan Rinda coba bilang ke ibuku
agar dapat ijin untuk merrayakan tahun baru bersama.
“Ibu,aku diajak Rinda untuk tahun
baru dirumahnya,boleh ya,”sedikit melas agar dibolehin sama ibu.
“Iya tante,boleh ya.Mumpung tahun
baru tante,setaun sekali lho tante,”coba meyakinkan ibuku.Raut muka ibu yang
gak pasti buat ku deg-degan ni.Tapi,mulut ibu mulai membuka.
“baiklah,ibu ijinkan,asal satu
syarat,”,belum selesai ibu ngomong aku udah nyambung.
“apa aja syaratnya,Indi lakukkan
ibu”.
“Ddengan syarat kamu gak boleh
merepotkan di sana,jangan bikin malu ibu,”denagan jawaban itu aku loncat
kegirangan.
“Ok ibu ku manis,janji gak
macem-macem,”sambil aku hormat sama ketawa.
“Iya tante,Indi itu baik kok,jadi
gak merepotkan,”Rinda menimpali kalimat yang buat ibu tersenyum.
Aku tiap malam udah mimpiin dan gak
sabar dengan tahun baru yang akan ku alami ini.Dan yang aku tunggu datang.Aku
menginap ditempat Rinda,aku sangat dekat dengan keluarga dia,begitupun
sebaliknya.Aku udah tidak sabar dengan waktu yang berputar serasa lambat sekali
untuk mencapai 00.00.Kami menikmati diatas sebuah gasebo yang nyaman ini.
Waktu tinggal beberapa detik
lagi,aku dan keluarga Rinda hitung mundur.
“Kita hitung mundur yuk,”kata dari
ayah Rinda yang tidak sabar dengan tahun baru ini juga.
“10,9,8,7,6,5,4,3,2,1,”kitaa
ucapkan bersama-sama.dan tahun baru saat pukul 00.00.Suara terompet kita
bersaut-sautan.
“Selamat tahu baru”,semua
berteriak.
“Selamat tahun baru,Rin”,sambil
memeluk aku.
“Selamat thaun baru juga
ya,Ndi.Semoga ditahun baru ini kita tambah baik”,aku hampir saja meneteskan air
mata,baru kali ini aku merasakan tahun baru waalupun tidak dengan
keluarga.rinda dan keluarganya juga saling memeluk dan ucapkan selamat tahun
baru.aku juga ikut dipeluknya,jadi iri dengan keluarga Rinda.
Tiba-tiba dari belakang,
“Dor,,,”,suara kakaku yang katanya
lagi sibuk studynya kok tiba-tiba ada didepanku.
“Selmat ulang tahun sayangku”,ucapan
manis dari seorang wanita yang membawa kue ulang tahunn yang jelas karena
namaku ada disana yang ditemani oleh seorang lelaki pauh baya.Ya,dia orang
tuaku yang merawatku dari lahir hingga sebesar ini.
Mereka bernyanyi selamat ulang
tahun untukku,ternyata keluargaku dan keluarga Rinda yang merecanakan ini semua.Aku
merasakan senang sekali.Ibu meminta meniup lilin 17 ini,dan diminta aku memohon
doa.
Aku menutup mata ini sambil
berdoa.ya ALLAH aku minta agar dapat seperti keluarga lain yang damai,seneng.aku
juga makasih sudah diberi teman yang baik seperti Rinda,semoga umurku ini aku
makin baik.Aminnnnn..
“buffff,,,bufff”aku tiup lilin itu
dan mereka memberi selamt untukku dan menciumiku.
“Indi,semoga kamu jadi anak yang
lebih baik diumurmu yang semakin dewasa”,kata dari ibuku sambil aku dipeluknya.”maaf,ibu
baru merayakannya”.
“iya bu,tak apa.”sambil mencoba
mengusap air mata ibu yang jatuh.
“Ndi,jadilah anak yang membanggakan
untuk orangtuamu ini ya”,ayah yang tak pernah berucap begitu,aku begitu terharu.Tak
lupa kakakku.
“Adikku paling manis,udah gede kudu
pinter-pinter mana yang bener ama tidak ya,mmmmmuuuuaaaaccchh”,aku merasa
terharu dengan kakak ku ini.
“Indi,selamat ulang
tahun,sweetseventeen moga dapat pacar,hhehheh”,dia mencoba bercanda.aku dan
semua hanya tartawa dengan kalimat Rinda.”
Kami akhirnya menikmati malam tahun
baru dan ulang tahunku yang ke 17 dengan manis.tak pernah aku bayangkan akan
seindah ini yang jauh dari pikiranku.Aku bersyukur diberikan keluarga yang
sayang denganku,teman yang selalu temani aku disaat sedih dan menghibur.
Ku melamun sendiri memandang mereka
yang asyik menikmati malam di gasebo
dekat kolam renang.Aku tersenyum sendiri,betapa beruntungnya aku ini
dilahirkan,dibesarkan.Aku tak perlu menuntun apa-apa,semua ada,hanya kasih
sayang kurang untukku tapi aku merasa senang.Aku tahu kedua orangtuaku bekerja
untukku.kebahagiaan memang tak pernah dapat dinilai,hanya dapat
dirasakan.Karena makna kebahagiaan akan datang dengan sendirinya seperti kita
memaknai hidup ini. J
Aku sadar 2 hari yang tak pernah
aku senangi ini berbuah manis di tahun baru dan ulang tahunku ini.Aku tak akan
melupakan hari ini.
Karena asyik melamun aku tak tahu
kalau didekatku ada Rinda yang tiba-riba mengagetkannku.Dan aku didorong
kekolam renang.Huft,,sial,,,aku hanya tertawa dan yang lain ikut
tertawa.hahahah,,
0 komentar:
Posting Komentar